Kunjungan ke Semarang kali itu cukup singkat, pagi hari kami pergi kesana, malam hari kembali ke kota asal, Bandung. Suasana Kota Semarang tidak seramai Jakarta yang dikenal dengan kemacetannya. Di Semarang, banyak penjual makanan di pinggir jalan. Nampaknya jiwa wirausaha di kota itu begitu kental, mengingat kondisi ini. Mall disana terpusat pada satu tempat di kota. Tidak seperti Kota Jakarta dan Bandung, Semarang tidak memiliki mal yang tersebar dimana-mana.
Berhubung makanan khas Semarang adalah lumpia, maka tujuan awal kami pergi kesana yaitu: hunting Lumpia Semarang! Lumpia di mall juga ada, malah ada restoran khusus yang hanya menjual lumpia. Tapi kami mencari lumpia asli yang telah menjual lumpia puluhan tahun, tempatnya di Kauman. Meski tempatnya kecil dan nampak kurang meyakinkan J, restoran khusus menjual lumpia ini dikunjungi banyak orang. Harga satu lumpia cukup mahal, Rp 9000. Meski begitu, harga ini pantas dibayar dengan rasa yang enak, khas terasa rebon (udang kecil) dan bambu mudanya.
Lumpia Semarang ini dapat dinikmati langsung dan tidak langsung. Lumpia yang telah masak langsung dimakan di tempat. Sedangkan lumpia setengah matang bisa digoreng lagi di rumah. Kami cicipi beberapa disana lalu beli lumpia setengah matang untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Lumpia Semarang tidak sendirian, ia ditemani dengan saus berwarna hitam yang terbuat dari tepung tapioka, kecap dan gula merah. Lumpia juga didampingi dengan semacam salad yang terbuat dari lobak dan cuka. Rasa lumpianya kering diluar, gurih dan empuk didalam. Asin. Kalau lumpia ini dicelupkan ke saus, rasanya manis. Ditambah salad Jawa, rasanya asin. Jadi kalau Lumpia Semarang dimakan secara bersamaan dengan saus dan saladnya, rasanya asin gurih, manis dan asam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar