6/07/2010

Bisnis Kecil-kecilan dan Makanan

Nila setitik, rusak susu sebelanga.

Peribahasa ini nampaknya pas untuk menggambarkan sikap Orang Indonesia dalam menghadapi rekan kerja atau pasangan. Paling tidak demikian yang dialami oleh teman-temanku. Beberapa waktu yang lalu kita makan bareng di sebuah restoran di daerah Tangerang. Perjalanan yang cukup jauh, memang. Untunglah mobil yang kami tumpangi memiliki space yang cukup luas. Meskipun banyak orang yang ikut, masih ada ruang kosong untuk bergerak. Obrolan kami semakin meluas. Biasanya soal hubungan di kantor atau masalah dengan pasangan.

Paling tidak ada beberapa tema dalam obrolan ngalor ngidul kami. Benang merah yang bisa kutangkap dari pergaulanku dulu dan sekarang ialah sikap dalam menghadapi orang lain. Memang tak ada orang yang sempurna. Obrolan terhenti sejenak saat minuman yang kami pesan datang ke meja. Lanjut lagi dengan tema yang diusung dalam kehidupan sehari-hari. Kadang kesalahan menjadi begitu mengganggu meski itu hanya hal sepele. Kebaikan yang lebih banyak dari kesalahan yang secuil itu terlupakan begitu saja, raib ditelan salah yang nampaknya jadi segede gunung.

Memang mudah untuk kritik apa yang salah pada orang lain. Cuma sulit sekali untuk melakukan refleksi akan apa yang telah kita perbuat. Hal ini seringkali terjadi. Misalnya saja, hari Minggu kemarin ada promo handphone di Mall Plasa Senayan. Aku dan pasangan bergegas kesana rela antri demi keuntungan yang mungkin bagi orang lain tak seberapa. Tips beli dalam situasi seperti ini: antri dengan sabar. Soalnya antrian bukan cuma sekedar satu atau dua meter saja, tapi hampir sepanjang lapangan yang ada di tengah mall itu penuh antrian orang yang ingin membeli HP promo. Ada beberapa kategori orang yang beli disana:

  1. Pemilik BB yang belum puas dengan HP miliknya, barangkali memang hobinya koleksi HP;
  2. Orang yang setengah kaya tapi ingin punya HP mirip BB;
  3. Orang yang beli HP khusus untuk dijual lagi;
  4. Orang yang baru datang, kalap dengan promo besar-besaran lalu beli. Setelah sampai di rumah bingung sendiri, ”HP-ku sudah cukup canggih, ngapain beli lagi ya?”;
  5. Orang bisnis yang telat datang, kerjaannya main titip dengan harapan peroleh HP dengan harga sama dengan orang yang antri berjam-jam.

Begitulah lika-liku usaha untuk mendapatkan rupiah demi segenggam berlian J Nah, berhubungan dengan peribahasa tadi, disana orang yang antri langsung aktivasi komunitas sosial. Tapi…ya ada saja yang mengeluh. Loadingnya lama dan sebagainya. Itulah, keluhan yang membuatnya lupa sudah beli HP keren dan murah.

Kalau aku, dalam keadaan seperti itu biasanya lebih suka makan ice cream daripada ngomel-ngomel untuk sesuatu yang tak bisa kita ubah.

Kesialan yang datang bertubi-tubi dalam perjalanan kami pulang dari mall membuat kami lupa bersyukur sudah dapat HP keren dan murah yang bisa dipakai sendiri dan bisa dijual lagi itu. Omong-omong soal bisnis kecil-kecilan yang akan kami lakukan, dibicarakan sepulang dari hunting HP promo, sambil makan sate. Lagi-lagi, peribahasa itu berlaku. Kita jadi bahas betapa kadang pengorbanan orang-orang terdekat mudah dilupakan cuma gara-gara hal sepele. By the way, kalau ada salah kata-kata yang kuketik, jangan jadi malas baca tulisanku ya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar