6/11/2010

Budaya Makan Internasional

Plastic tekka maki dijadikan sebagai contoh sushi. Replika makanan ini mengindikasikan adanya cara restoran untuk menarik pembeli dengan cara mengiming-iminginya. Bukan dengan cara memberinya contoh nyata akan rasa. Sebenarnya, makan merupakan cara produksi manusia untuk reproduksi dirinya sehingga tetap eksis.

Tapi makan juga berkaitan dengan selera, perlu dibangkitkan dengan berbagai cara, pajangan plastic sushi merupakan cara untuk menggabungkan antara estetika dari makan itu sendiri antara imajinasi dan kenyataan.


Kita mampu makan dengan menu yang berbeda dalam lingkup internasional sekalipun. Hal ini disebabkan adanya kesepakatan budaya tanpa disadari. Berbagi kebiasaan makan kemudian menjadi mudah seiring dengan mudahnya perpindahan kita dari satu tempat ke tempat lain. Meski kadang masih ada salah paham soal satu term yang biasanya dipakai merujuk satu makanan yang berbeda makna di tempat lain. Misalnya saja, tortilla yang memiliki 2 bentuk, sebagai keripik asin dan sebagai piringan tepung pembungkus. Selain ada kesalahpahaman soal satu term, salah paham soal cara makan juga terjadi bila orang Eropa menggunakan sumpit. Mereka terbiasa menggunakan sendok garpu. Jadi piring diletakkan di meja, sendok garpu berfungsi sebagai pembawa makanan ke mulut. Sedangkan sumpit digunakan bersamaan dengan mangkuk yang didekatkan ke mulut. Orang Eropa terbiasa membiarkan tempat makan ada di meja, sehingga saat ia menggunakan sumpit, mangkuknya dibiarkan saja di meja.

Alih Bahasa dari buku “Eating Culture” By Ron Scapp, Brian Seitz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar