12/22/2009

Proses Belajar mengelola Event Organizer


Pertumbuhan Event Organizer (EO) atau penyelenggara kegiatan di Indonesia kini semakin signifikan. Jika ditilik ke belakang, banyak faktor yang mempengaruhi hal ini. Tidak saja ekonomi, tapi kesadaran untuk membuat suatu acara yang lebih menarik agar tujuan acara tersebut tercapai juga disinyalir menjadi faktor pendorong lainnya. Tak heran jika banyak yang tertarik untuk terjun bahkan hanya sekedar untuk mengetahui dunia event organizer.

Perbincangan dan simulasi dunia event organizer digelar di kampus Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unpad, Jatinangor, Sabtu (25/04). Acara yang bertajuk “Workshop HI On EO” ini dibuka oleh Sekretaris Jurusan HI, Taufik Hidayat, S.Ip., M.Si. Perhelatan Himpunan Mahasiswa HI yang juga merupakan rangkaian perayaan ”FISIP Emas” ini menghadirkan trainer motivasi & kepemimpinan, Muhammad Satria, S.Sos. dan praktisi event organizer dari Mata Elang Production, Nita Andriani.

Menurut Satria, perkembangan event organizer di Indonesia terbilang luar biasa, terutama di kota-kota besar. Pria yang juga konsultan di Departemen Sosial ini juga melihat fenomena bahwa tidak hanya pihak swasta yang memiliki event organizer, namun departemen-departemen pemerintah juga memiliki unit atau rekanan event organizer sendiri. Fakta ini memperlihatkan bahwa persaingan di bidang ini semakin ketat.

“Saya datang ke sini bukan untuk mengajak teman-teman mahasiswa untuk bekerja di bidang ini. Tapi saya mendorong mereka untuk membangun dan memiliki event organizer sendiri,” pungkas Satria. Ia menilai, hal ini bukan tanpa sebab, dirinya melihat proses belajar dasar-dasar berorganisasi bisa mahasiswa dapatkan di himpunan mahasiswa atau organisasi lainnya. Walaupun demikian ia sadar bahwa proses belajar tidak akan pernah berhenti.

Pernyataan senada juga dilontarkan Nita. Menurutnya, perkembangan event organizer di Indonesia cukup baik. Kini seakan semua berlomba-lomba membentuk sebuah event organizer. Mulai dari tingkat internasional hingga ke pelosok kampung. “Namun dari sekian banyak event organizer, hanya beberapa yang berkarakter, jumlahnya bisa dihitung dengan jari,” tambahnya. Hal ini menjadi tantangan bagi mereka yang telah, maupun akan terjun di bidang ini.

Sama halnya dengan yang dikatakan Satria, Nita juga mengungkapkan, proses belajar akan selalu ada. “Setiap kegiatan mempunyai tantangan dan kendala sendiri. Yang kita lakukan adalah bagaimana meminimalisir kesalahan itu. Di sinilah proses belajar itu, saya pribadi sampai sekarang masih dalam tahap belajar. Satu yang penting, jangan pernah meremehkan hal-hal kecil, karena hal kecil itu bisa saja menghambat kegiatan yang kita tangani,” ujar wanita yang telah lama berkecimpung di dunia event organizer ini.

Di akhir perbincangan, kedua pembicara ini memberikan tips bagi mereka yang ingin menekuni bidang ini. Pertama, jadikan himpunan mahasiswa atau organisasi lainnya sebagai wadah untuk belajar berorganisasi saat ini. Kedua, selalu tanamkan spirit berorganisasi sebagai sebuah landasan keberanian mengambil tanggung jawab. Ketiga, selalu berpikir out of the box atau berpikir kreatif. Keempat, berani dan yakin bisa. Terakhir, komunikasi merupakan kunci keberhasilan bidang ini. (mar)*

unpad.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar