Hal tersebut didukung oleh pernyataan pedagang mobil bekas lainnya bernama Bowo yang mengaku bahwa krisis tidak terlalu memengaruhi penjualan. "Krisis ekonomi tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan. Memang angka penjualan turun naik tiap bulannya. Namun, tidak terlalu jauh kisarannya dan itu sudah terjadi jauh sebelum krisis," kata pegawai toko Neutro Auto yang rata-rata menjual sekitar lima unit mobil per bulan itu.
Menurut mereka, jenis mobil yang cepat laku dijual adalah mobil sedan dengan kisaran harga Rp 100 juta, sedangkan mobil bekas di atas Rp 150 juta sulit dijual. "Biasanya mobil yang banyak digemari adalah sedan di bawah Rp 100 juta dan produksi Jepang," kata Surya.
Mereka menambahkan, sejak krisis global yang memengaruhi kenaikan harga mobil baru, harga mobil bekas juga terdongkrak naik. Kenaikan harga beli mereka dari pemilik mobil bisa mencapai mencapai Rp 5 juta per unit.
Hal tersebut mengakibatkan para penjual sulit mendapatkan barang dengan harga yang murah untuk tetap mempertahankan selisih keuntungan mereka. "Harga mobil bekas dari tangan pemilik naik. Para pemilik mobil akhir-akhir ini menjual mobil mereka dengan harga tinggi. Mungkin mereka sudah tahu kisaran harganya, jadi kami susah cari barang yang murah," kata Surya.
Kenaikan harga beli dari para pemilik mobil tersebut memengaruhi harga jual dari para pedagang tersebut. Kenaikan harga jual mobil bekas bisa mencapai Rp 10 juta-an per unit. "Harga jual kami mengikuti harga dari pemasok. Jika harga pemasok naik, harga kami ikut naik, dan sebaliknya," kata Dadang, seorang penjaga toko Century Motor.
Namun, ada penjual yang rela memangkas keuntungan. "Strategi kami dalam menghadapi kenaikan harga yaitu tidak ikut menaikkan harga jual kami terlampau tinggi, demi mempertahankan pelanggan," kata Surya.
http://www.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar