Tampilkan postingan dengan label steak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label steak. Tampilkan semua postingan

8/16/2010

Cooking Pasta

Cooking pasta is as easy as boiling water, but does require care.

  1. You should figure 1 quart of water per quarter pound of pasta (1 liter of water per 100 grams of pasta), and expand this to 6 quarts for a pound. If you don't use enough water the pasta will be gummy, so don't stint.

  2. Bring the water to a rolling boil, salt it with 2-3 teaspoons of kosher salt per quart of water. Don't skimp on the salt or the pasta will be unpleasantly bland -- it helps to keep in mind that Neapolitans, who are masters at cooking pasta, used to use sea water back when it was safe to do so.

  3. Add the pasta, stirring gently to separate the pieces and keep them from sticking to the bottom of the pot.


The pasta package will probably say how long the pasta should cook for, but don't trust it. A couple of minutes before it is supposed to be done, fish out a piece and break it open; in the center you will see a whitish area of uncooked pasta that is poetically known as the anima, or soul of the pasta. Ladle a couple of ladles of hot water into the serving bowl, swirl them about to warm it, discard them, and continue cooking the pasta until the anima barely fades. At this point drain the pasta, giving it one or two good shakes to remove most of the water (it will continue to absorb water for a minute or two), transfer it to the bowl, stir the sauce into it and serve.

As a variation, if the sauce is fairly liquid, say for penne rosé, warm it in a skillet as the pasta cooks, and when the pasta is just shy of being done drain it and transfer while it's still dripping it to the skillet. Turn the heat to high and toss the pasta as you would an omelet; as it finishes cooking it will absorb the sauce and taste much better. On restaurant menus pasta cooked this way is called strascicata or saltata in padella. There are hudreds of pasta recipes on this site; click on the pasta sauces and recipes link on the navigation bar to the left to reach them.



Source: www.italianfood.about.com

See also: steak, sate, sushi

7/27/2010

Perempuan Punya Acara Niih

Perempuan. Makhluk indah pengundang decak kagum yang mengandung kontroversi ini tak bisa hanya sekejap mata dirangkum dalam sebaris dua baris kata-kata. Kelemahan sekaligus kekuatannya menggetarkan bangsa-bangsa. Ingat Cleopatra? Ratu Mesir cantik yang disegani? Ingat Dewi Sartika, pahlawan pendidikan dari Bandung yang berani membuka sebuah sekolah khusus perempuan? Peran perempuan begitu penting, bukan hanya sebagai seorang individu, tapi juga anak, ibu bahkan pemimpin menjadi bahan menarik yang takkan pernah habis dibicarakan. Dari dulu hingga sekarang. Tabloid Nova sebagai salah satu majalah perempuan menghadirkan sebuah acara yang seolah ingin merangkum kegiatan perempuan sejak dahulu dan kini dalam Pasar Nova 2010. (Ratih)

Saturday July 31, 2010 - Sunday August 1, 2010 from 9:00am - 6:00pm
Plaza dan Parkir Selatan Gelora Bung Karno
Senayan Jakarta, DKI Jakarta



Wahana hiburan kreatif keluarga.

Serba lengkap, Serba murah, Serba unik
Temukan beragam barang dan acara yang tak ada duanya.

Acara:
- Pemecahan rekor MURI: Karaoke bersama 1000 orang
- Demo masak
- Padu padan busana
- Workshop
- Lomba
-- Menghias makanan
-- Mewarnai
-- Girls cheerleading competition
-- Senam ceria bobo
-- Hunting foto
- Acara lain: Aerobik, Perkusi, Band, Karnaval, dll

Stand:
- Pojok kuliner
- Pojok wanita
- Pojok anak
- Pojok hobi
- Pojok wirausaha & komunitas
- Pojok kaki lima





Source: openrice

See also: pasta, steak, pizza


6/14/2010

Karier Seorang Chef

Siapa yang mengira, memasak menjadi begitu menjanjikan sekarang ini? Tayangan soal masak memasak di televisi menjadi tren, terbukti hampir setiap stasiun televisi memiliki program kuliner. Bahkan salah satu chef perempuan menjadi seperti selebritis chef yang cantik. Ia tampil di acara gosip untuk bercerita asal muasal pilihannya menjadi ‘tukang masak’. Profesi ini seolah keluar dari kotak kecil dapur menuju dunia luas bernama entertainment. Masak menjadi hobi yang cukup menghasilkan coin and poin di masa sekarang.

Semua ini berawal dari perkembangan industri makanan pada tahun 1980-an, bukan hanya menunjukkan perubahan pada jumlah restoran yang meningkat. Tapi juga adanya tuntutan untuk standar makanan secara global serta profesi yang menjanjikan untuk penyediaan makan malam yang mewah, yaitu Chef. Di Prancis, perubahan ini berpengaruh pada status ekonomi, sosial, dan ideologi.

Kreativitas dalam kuliner memberi kesempatan pada orang yang menyukai makanan untuk berlaku lebih profesional. Sehingga, kreativitas dalam bidang kuliner menjadi begitu dihargai. Restoran bahkan menyediakan budget khusus untuk chef agar mereka lebih berkreasi dalam menciptakan ragam makanan baru, misalnya kreasi cake, pizza, seafood, pasta atau steak. Baik modifikasi dari makanan tradisional maupun makanan yang belum pernah ada.

Kreasi ini mereka peroleh setelah berkeliling Eropa mencicipi aneka makanan yang kemudian mereka masak di negerinya sendiri. Orang Amerika yang menjadi chef pada tahun 1970-an, memilih profesi ini untuk lepas dari pakem pekerjaan yang telah ada disana. Namun, hingga tahun 1980-an, restoran di Amerika yang menyediakan makanan berkelas masih dikuasai chef dari Perancis. Bagaimana dengan Indonesia?

Sumber bacaan:

“Eating Culture” by Ron Scapp dan Brian Seitz.

Daging sebagai Makanan Simbol Maskulinitas

Vegetarian merupakan sebuah pilihan di tengah para pemakan daging sebagai mayoritas. Para pemakan daging lebih menganggap hubungan dengan makanan adalah sebagai bentuk hubungan biasa dengan sebuah benda padat. Sedangkan bagi para vegetarian, berhubungan dengan daging merupakan hubungan dengan makhluk hidup. Perbedaan pandangan antara para vegetarian dengan para pemakan daging ini lebih merupakan beda sudut pandang. Keunikan dari makhluk hidup bagi para vegetarian sebagai upaya menghargai hidup itu sendiri. Bukan merupakan hubungan antara manusia dengan benda padat yang tak pernah ada peran apapun di dunia.

Daging yang berasal dari makhluk hidup ini dianggap sebagai sumber kekuatan bagi para petani di masa lalu yang pekerjaan sehari-harinya di ladang. Term “daging” yang dianggap berbeda bagi para vegetarian dan omnivor ini disebabkan adanya beda anggapan bahwa daging hanyalah benda padat tak bernilai personal. Ternyata daging yang merupakan sumber kekuatan ini identik dengan maskulinitas. Daging merupakan makanan pilihan para lelaki. Peran laki-laki dalam masyarakat menjadikan pilihan makan daging menjadi wajar.

Di Barat, daging ini diolah menjadi steak. Sedangkan di Indonesia, daging diolah menjadi sate. Perbedaan daging olahan ini tak menjadi faktor yang mengalihkan pilihan laki-laki untuk memakan daging sebagai menu utama dalam keseharian mereka. Tentunya pilihan ini berbeda pada setiap kelas. Kelas menengah atas lebih mampu menjadikan daging sebagai pilihan utama setiap hari karena kemampuan finansial mereka. Sedangkan kelas yang lebih rendah kemungkinannya kecil untuk menikmati daging setiap hari. Perempuan sebagai manajer keuangan dan koki, menyesuaikan budget makanan sesuai dengan selera laki-lakinya. Paling tidak seminggu sekali atau sebulan sekali sediakan daging untuk para lelakinya.

Sumber bacaan:

“Eating Culture” by Ron Scapp dan Brian Seitz.