Tampilkan postingan dengan label kredit modal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kredit modal. Tampilkan semua postingan

11/03/2009

Modal?? Pinjam di Bank Vs Cari Investor



Tidak diragukan lagi, UANG adalah DARAH dari sebuah perusahaan, jika sebuah usaha tidak cukup mempunyai uang cash maka bisa dipastikan usahanya “diujung tanduk”.

pengajuan Ke bank untuk mendapatkan cash money atau Pinjaman Modal merupakan salah satu pilihan dalam pengembangan usaha, namun perlu beberapa pertimbangan sebelum melakukan pinjaman modal di bank untuk keperluan usaha

1. Suku bunga pinjaman dan biaya-biaya lain2

“Tentu saja pihak bank tidak akan memberitahukan anda hal ini kecuali anda punya kerabat dekat/teman baik yang bekerja di bank. Kebanyakan bank menawarkan program pinjaman modal yang sangat menarik untuk setiap jenis produk pinjaman/kredit yang mereka buat.

Semakin meyakinkan penampilan anda (bonafid), maka semakin mudah pula anda menegosiasikan suku bunga serta biaya-biaya lain yang dikenakan.

Persiapkan dokumen pendukung diluar surat identitas resmi dan slip gaji (jika ada), seperti surat keterangan dari perusahaan (perusahaan asing lebih dilirik), dokumen yang menunjukkan anda mempunyai credit record yang bersih, dokumen bukti kepemilkan sah atas aset seperti properti, kendaraan, SIUP/NPWP (jika diperlukan) dll.

Investasikan waktu luang untuk melakukan survei ke beberapa bank besar yang kredibel, dari bank-bank tersebut, persempit pilihan anda menjadi 2-3 bank, berdasarkan skema pelunasan, tingkat suku bunga, fleksibilitas, kemudahan, bonus, yang paling menarik menurut anda.” Sumber : Rencana Keuangan

2. Besarnya profit margin usaha anda

jika hitungan profit kotor usaha anda kurang dari 3kali bunga dan biaya lain2 yang harus kita bayar ke bank, maka saya sarankan anda memikirkan kembali untuk melakukan pinjaman modal ke bank, Kenapa ? Karena kita juga harus mengangsur cicilannya disamping bunganya. Jadi sebenarnya modal pokok dari pinjaman modal itu tiap periode selalu berkurang sebesar cicilan kita.

Kalau modal berkurang, kan tidak diinginkan ? Akan mengganggu usaha. Kecuali hasil usahanya bisa menutup semuanya, tapi kan berarti untungnya juga harus besar sekali dong ?

Nah..biasanya orang akan cari investor dengan bagi hasil lebih besar dari angka di atas, dengan pertimbangan modal pinjaman tidak berkurang untuk mencicil pinjaman. Cukup bayar bagi hasilnya saja.

sec.or.id

10/23/2009

Sekilas Asset Conversion Cycle dan Pinjaman Modal



Kalau ditanya, Anda mau Pinjaman Modal ? Pasti kita langsung ngangguk pada detik pertama. Tapi kalau ditanya, Mengapa perlu pinjaman? Untuk apa pinjaman nya? Berapa besar? Berapa lama? Dari mana sumber pengembalian pinjaman nya? Nah, baru kita menelan ludah dan garuk-garuk kepala yang tidak gatal.

Karena sesungguhnya pinjam meminjam itu ada “filosofi”nya. Ini yang jarang dikuasai orang. Tanpa memahami nya, memang pasti kita akan kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tadi. Ini yang ingin saya bicarakan.

Memahami Asset Conversion Cycle

Untuk memudahkan pemahaman, kita pergunakan ilustrasi sederhana. Katakanlah saya memulai sebuah usaha dengan modal Rp. 1.5 juta. Saya ingin memproduksi dan menjual kaos saya sendiri. Maka modal tadi saya belikan bahan kaos sebesar Rp.1 juta dan membayar penjahit sebesar Rp.500 ribu. Jadilah 20 potong kaos yang saya jual di kios depan rumah saya, seharga Rp.100 ribu per potong.

Ketika saya baru memulai usaha, maka asset saya berupa Kas sebesar Rp.1.5 juta. Ketika saya membeli bahan kaos, maka sebagian asset saya mengalami konversi menjadi bahan baku sebesar Rp.1 juta, plus Rp.500 ribu terkonversi menjadi upah. Dan ketika saya memiliki 20 potong kaos siap jual, asset saya terkonversi menjadi bahan jadi. Bahan jadi ini ketika terjual, akan kembali menjadi Kas. Siklus dari kas menjadi bahan baku, kemudian menjadi barang jadi dan menjadi kas kembali, inilah yang disebut “Asset Conversion Cycle”.

Kalau siklus konversi asset berjalan sempurna, maka dari Kas awal Rp.1.5 juta, saya akan memiliki kas Rp. 2 juta dari penjualan 20 potong kaos. Yang Rp. 500 ribu adalah profit saya. Yang Rp. 1.5 juta dapat saya pergunakan kembali untuk memproduksi kembali 20 kaos. Demikian seterusnya. Setiap produksi, untung 500 ribu. Mudah bukan?

Mudah. Namun sayangnya itu hanya terjadi di dunia khayal … hahaha.

Dalam dunia nyata, kenyataanya bisa jadi Anda produksi 20 kaos, yang terjual hanya 15, 10 atau bahkan cuma 3. Sementara penjahit harus tetap Anda bayar. Bahan baku kaos juga harus sudah dibeli kembali. Sementara asset sudah berupa bahan jadi semua. Kalau sudah begini, Asset Conversion Cycle pun mandek, terhenti.

Memahami Lending Rationale

Mencari pinjaman modal …. Adalah resep ampuh terhadap masalah konversi kas tadi. Benarkah? Belum tentu. Kalau masalah usaha kaos saya adalah pada kemampuan menjual, maka berapa pun kas yang disuntik ke usaha saya, hasil akhirnya akan sama. Konversi kas mandek. Malah, kini datang masalah baru, yaitu bagaimana mengembalikan pinjaman.

Tapi tentu saja ada skenario-skenario yang memang pinjaman kas akan sangat membantu. Skenario inilah yang menjadi alasan bank memberikan pinjaman. Jaman saya belajar perbankan dulu, disebut sebagai “Lending Rationale”, atau landasan pemikiran mengapa bank memberi pinjaman.

/fauzirachmanto.blogspot.com