Tampilkan postingan dengan label jual pakaian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jual pakaian. Tampilkan semua postingan

6/21/2010

Tips Jual Produk Sendiri

Anda punya produk baru? Atau ingin membuat produk baru? Maka anda harus membaca postingan kali ini..seperti kita tahu produk baru bisa menjadi pendongkrak atau menjadi batu sandungan bagi perusahaan karena produk baru bisa menjadi keunggulan kita apabila berhasil memenuhi keinginan customer. Tapi bisa juga menjadi sandungan apabila produk tersebut gagal dan hancur dalam pemasarannya, maka dari itu men jual produk baru harus memiliki pemasaran yang bagus. Berikut tips memasarkan produk baru

1. Buatlah iklan yang bersifat viral advertiser, seperti rekomendasi dari mulut ke mulut karena efektif dalam pengenalan langsung.

2. Membuat produk anda bisa diperoleh dengan mudah. Dalam artian tidak harus gratis, tapi cukup memiliki keuntungan yang sedikit.

3. Buatlah produk anda menjadi pemenuh kepuasan dari konsumen.

4. Buatlah produk anda menjadi produk yang penuh kontroversi.

Nah dengan mengikuti beberapa tips men jual produk baru semoga pemasaran kalian bisa lebih efektif

Sumber : hendragunawan.info

Temukan semuanya tentang Bisnis & Pasang Iklan: Iklan & Jasa - Iklan Baris & Iklan Gratis – Indonesia

3/04/2010

Membuka Bisnis Toko Pakaian


Pangsa pasar untuk usaha penjualan pakaian terbuka luas mengingat ini adalah salah satu dari kebutuhan pokok manusia. Namun kita juga harus memahami bahwa pesaing dalam jenis usaha ini juga tidak sedikit. Oleh karena itu kita harus memiliki strategi bisnis toko pakaian yang handal untuk menjalankan usaha ini. Strategi yang dimaksud bisa berupa penentuan harga dibanding pesaing, jenis produk, aneka produk, segmentasi pasar, sistim pemasaran dan lain-lain.
Mengkaji informasi yang anda berikan, tampaknya ceruk pasar yang dipilih adalah remaja. Tentunya ini menjadi dasar bagi anda untuk menentukan apa produk yang sesuai, model yang sedang tren, harga yang terjangkau, bagaimana melakukan promosinya, dan sebagainya. Itu semua adalah sebagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah usaha bisa dinilai layak untuk dijalankan atau tidak.
Walaupun hal tersebut di atas sudah dipikirkan dengan matang dan terencana, kita tetap harus mempertimbangkan faktor resiko jika bisnis toko pakaian tidak berjalan sesuai rencana. Untuk itu salah satu cara adalah dengan menghitung dampak finansial yang mungkin timbul akibat kegagalan tersebut.
Dari jumlah modal yang dianggarkan maka sebenarnya hanya biaya lain-lain yang akan menjadi uang hangus. Sedangkan jenis biaya lainnya seperti sewa tempat, belanja pakaian dan etalase bisa dialihkan ke pihak lain dengan harga miring sehingga tidak hilang atau hangus sama sekali.
Misalnya jenis biaya tersebut 'dilepas' dengan nilai 70% maka kita tetap punya uang sejumlah rp 25 juta. Tentunya metode penghitungan ini harus menyertakan faktor jangka waktu kapan saat harus melikuidasi. Sedangkan untuk biaya operasional maka nilai per bulan tidaklah terlalu besar sehingga ini bisa dijadikan batas minimum untuk menghitung berapa minimum penjualan yang harus tercapai.
Menganalisa dampak risiko dan potensi pasar dari usaha ini secara sederhana maka tampaknya usaha ini cukup layak untuk dipertimbangkan menjadi salah satu bentuk investasi real. Penghitungan break event point akan sangat tergantung kepada proyeksi penjualan yang bisa diperoleh setiap bulan


Http://www.detikfinance.com

11/03/2009

Bisnis Pakaian Online Sangat Menguntungkan



Dengan adanya teknologi internet teori marketing mengalami sedikit pergeseran. Seperti kita ketahui konsep marketing mix yaitu 7 P yang mutlak dan harus dilakukan salah satunya adalah pemilihan tempat ( Place ) yang strategis, dimana dalam konteks pemasaran tempat tersebut ramai dilewati, memiliki lay out yang baik dan sebagainya.

Akan tetapi kini dengan internet, dari dalam kamarpun bisa menjangkau dunia. Namun pertanyaan yang timbul adalah seberapa besar pengaruh perdagangan online (e-comerce) terhadap pedagang konvensional yang sudah mengakar selama ribuan tahun.

Berdasarkan hasil survey dilapangan terhadap pedagang pakaian konvensional, ternyata dampak psikologis lebih terasa daripada dampak riilnya, oleh karena pengguna internet dikalangan masyarakat Indonesia masih sangat terbatas dan target yang tidak jelas dijalur online dan tentunya akan berpengatuh pada belanja pakaian online.

Berbeda dengan negara-negara maju, perkembangan e-comerce begitu pesat dan menjadikan pola belanja pakaian online semakin familiar dan sempat membuat kewalahan para pedagang besar konvensional dalam menjalankan strategi marketingnya.

Bagi pedagang pakaian online atau aksesoris lainnya, pertumbuhan pedagang online sejenis seharusnya tidak dipandang sebagai menyaingi pedagang online yang lain akan tetapi lebih tepat dipandang sebagai menghidupkan atau menggairahkan e-comerce itu sendiri khususnya di Indonesia. Karena dengan demikianlah pedagang pakaian online memiliki power untuk menyaingi pedagang pakaian konvensional.

Sebagai contoh misalnya sebuah mall yang besar hanya di tempati oleh segelintir pedagang dan sebagian besar toko/kios tutup, maka daya tarik terhadap mall tersebut juga akan menurun. Pertama karena tidak lengkap dan yang kedua karena tidak adanya persaingan yang ketat yang dapat menghidupkan suasana belanja ataupun suasana mall itu sendiri, demikianlah halnya dengan pedagang pakaian online.

Pertumbuhan jumlah pedagang di jalur online justru akan menjadi daya tarik pasar yang secara langsung atau tidak langsung mendorong keingintahuan para customer yang mengejar efisiensi dalam belanja barang.

Pedagang pakaian online tidak memiliki target pasar yang jelas dalam jangka pendek karena bagaimanapun keberadaannya mengharapkan para pembeli dari pedagang konvensional yang kita ketahui mayoritas sangat minim pengetahuannya tentang komputer atau internet, sedangkan minoritas pedagang konvensional yang mengerti teknologi ini tentu beralih atau membuka usahanya di jalur online juga, sehingga dengan demikian sangat kecil kemungkinannya terjadi jual beli antar sesama pedagang online.

Oleh karena itu pedagang online di Indonesia dalam jangka pendek lebih banyak memberi terapi kepada pedagang konvensional ketimbang mengambil alih posisi perdagangan.

Namun demikian bukan berarti pedagang pakaian online tidak memiliki prospek dimasa depan, karena masih tergolong baru sehingga membutuhkan waktu menjadikan e-comerce lebih familiar sehingga efisiensi yang diharapkan semua pihak saat ini dapat tercapai.

hanslim.wordpress.com

9/07/2009

Memulai Bisnis Baju & Fashion Untuk Anak Muda

Ujun, di umur 17 tahun sudah bisa membeli motor dengan uang hasil jerih payahnya. Dengan motor di tangan, ia semakin bersemangat menggeluti usahanya, jualan pakaian (Baju Hongkong ) di Pasar Beringharjo. Usaha yang menurut dia menyenangkan untuk diselami.

Senin (13/7), ketika ditemui, ponsel Ujun berkali-kali berdering. ”Wah, ini ada kaitannya dengan bisnis. Maklum, Senin hari paling sibuk, hari untuk berkoordinasi dan merampungkan banyak urusan,” ucapnya sembari tertawa.

Lelaki bernama lengkap Ujun Junaedi Salat (43) ini, meski sibuk, tetap ceria selama mengobrol. Beberapa pelanggan yang mampir ke kiosnya siang itu, tak lupa dicandainya.

Begitu si pelanggan berlalu, Ujun melanjutkan obrolan. ”Kios saya —yang berukuran 7 meter persegi—ini sudah nggak muat. Lha, pakaian dan celana sampai saya taruh di pagar dan jalan dalam pasar. Tengok kanan-kiri, belum ada kios yang dijual,” katanya.

Dalam benak Ujun, orientasinya adalah mencari cara mengembangkan usaha. Darah dagang memang mengalir pada diri Ujun karena orangtuanya membuka usaha pembuatan pakaian, walau hanya berskala rumah tangga. Ujun kecil sudah akrab dengan baju, kemeja, dan celana dan Fashion Anak.

Ada cerita di balik ”terdamparnya” Ujun di Yogyakarta. Waktu itu, kakak Ujun mencoba peruntungan nasib dengan membuka kios pakaian di Pasar Beringharjo. Ujun yang baru saja lulus SD ingin ikut dan membantu. Sekalian juga ia belajar bisnis.

Pulang sekolah, dia langsung ke pasar. Lama-kelamaan Ujun ketagihan dan kuliahnya di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Yogyakarta jadi keteteran. Kuliahnya terpaksa ditinggal karena waktu itu dia sudah lepas dari kakaknya dan nekat membuka kios sendiri. Tahun 1993, Ujun pertama kali menempati kios sendiri.

”Sempat awalnya cemas karena takut kios kebakaran. Beberapa pasar, kan, kebakaran. Makanya, sebisa mungkin barang dagangan saya angkut pulang. Lha kalau kebakaran, langsung bangkrut dong, saya. Untunglah pasar ini belum pernah kebakaran,” tuturnya.

Ujun melanjutkan, sandang yang dijual kebanyakan dibeli pedagang dari seluruh DIY untuk dijual lagi. Untuk pembeli eceran malah jarang. ”Mereka kulakan ke saya, beberapa hari sekali, sepekan sekali, atau sebulan sekali. Kalau dihitung-hitung, dalam sehari, saya menjual 100-250 potong. Barang-barang ini adalah produksi pabrik di Jakarta dan Bandung,” ujarnya.

Namun, diingatkan Ujun, di balik angka penjualan tersebut, ada serentetan hal yang dilakukan. Salah satunya adalah ia mesti hati- hati bermitra. ”Kalau nggak cermat, saya bisa ketipu. Beberapa kali saya ketipu. Sekali ketipu, sekian juta bisa amblas. Memang ada yang akhirnya mau membayar, tetapi setelah berbulan-bulan menunggak,” tuturnya.

Namun, lelaki kelahiran Sukabumi 17 April 1968 ini tidak mau patah arang. Namanya saja berbisnis, maka harus siap dengan risiko. Namun, begitu ada kesempatan, harus diambil. Orang-orang baru yang sekiranya bisa jadi mitra bisnis harus dilirik.

Walau cukup mapan dalam bisnis (Souvenir Store), ayah tiga anak yang sekarang Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Beringharjo (Pagerharjo) ini menyebut peran istrinya amat besar. Karena itu, papan nama di toko Ujun bertuliskan ”AA Jeans M Nur”. Nur adalah panggilan istrinya, Suprinurhayati. Ujun tak keberatan nama tokonya tak bertuliskan nama dirinya.

cetak.kompas.com

Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang