Tampilkan postingan dengan label artikel dunia kerja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel dunia kerja. Tampilkan semua postingan

6/15/2010

Memulai Karier Dari Awal Lagi

Walaupun sudah bekerja cukup lama, dengan posisi yang baik dan penghasilan yang lebih dari cukup, pernahkah Anda berpikir bahwa sesungguhnya Job ini bukan job yang benar-benar ingin Anda lakukan? Terkadang muncul perasaan tidak puas, ingin mencoba sesuatu yang baru, hal yang benar-benar Anda minati. Mengikuti munculnya perasaan tersebut, Anda juga merasakan gejala lain yang seperti mulai melihat dan memfokuskan hanya pada hal-hal negatif dari pekerjaan, padahal banyak hal positif lain yang bisa Anda nikmati. Anda juga mulai melihat pekerjaan sebagai rutinitas yang membosankan, walaupun sesungguhnya posisi Anda yang cukup signifikan dalam perusahaan yang terus memberikan berbagai tantangan dalam tanggung jawab.


Saat inilah muncul keinginan untuk memulai pekerjaan dan karier baru. Terlebih lagi jika Anda sudah mengetahui passion atau panggilan jiwa Anda dalam bekerja, akan semakin besarlah keinginan untuk meninggalkan pekerjaan yang ‘mengeringkan’ jiwa Anda dan beralih ke hal yang benar-benar merupakan passion hidup Anda. Sebelum Anda menyerahkan tanggung jawab Anda sebagai seorang pemimpin dan memulai pekerjaan yang baru, ada beberapa hal yang harus jadi perhatian.


  1. Think and rethink.
    Sebelum meninggalkan semua yang telah dibangun dari awal untuk sesuatu yang belum tentu 100% cocok dengan Anda, pikirkan kembali hal yang membuat Anda tidak suka dari job sekarang. Mungkinkah yang Anda tidak sukai adalah perusahaannya bukan pekerjaannya? Apakah Anda bosan dengan rutinitas dan perlu stimulasi lagi? Mungkinkah Anda hanya butuh istirahat sejenak? Apakah hal tersebut sesungguhnya bisa diatasi dengan mudah? Pikirkan kemungkinan bahwa Anda juga akan merasakan hal yang sama jika Anda bekerja di tempat yang baru.

  2. Analisa kelebihan.
    Bertahun-tahun bekerja dalam satu bidang tertentu yang bisa saja menjadikan Anda ahli. Namun memasuki bidang baru, walaupun memang disukai belum tentu membuat Anda memiliki tingkat keterampilan yang sama. Analisa lagi apakah passion dan kelebihan Anda cukup untuk memulai karier baru dengan konsekuensinya, terlebih lagi jika Anda nantinya harus memulai dari awal lagi, sementara posisi yang dipegang selama ini adalah pemimpin. Analisa juga apakah Anda memiliki transferable skill atau keterampilan yang selama ini dibutuhkan dalam pekerjaan yang lama, juga akan berguna di karier Anda yang akan datang. Contohnya keterampilan manajemen atau keahlian mengoperasikan software tertentu.

  3. Be knowledgeable.
    Hasrat yang besar dan kecintaan akan bidang tertentu harus diimbangi dengan kesediaan Anda untuk memperbaharui keterampilan yang dibutuhkan. Bekali diri Anda dengan pengetahuan, tip dan trik agar Anda mampu keep up dengan perkembangan bidang tersebut. Dapatkan informasi sebesar-besarnya termasuk resiko, persaingan dan segala konsekuensi yang akan Anda tanggung. Jika Anda ingin mengejar impian sebagai fashion designer yang memiliki butik sendiri, update diri dengan tren yang ada, tekhnik dan pemasarannya. Begitu juga dengan bidang lain.

  4. Manfaatkan jejaring Anda.
    Salah satu cara untuk memfasilisasi usaha Anda terjun ke bidang baru adalah dengan mendapatkan informasi dari jejaring Anda. Cara ini mungkin terkesan informal tapi seringkali ada hal-hal kecil yang harus Anda ketahui dari mereka yang telah lama berkecimpung di bidang tersebut. Seperti Jika Anda mengimpikan jadi penulis, ada etika tak tertulis bagaimana mendekati editor atau berapa lama Anda harus menunggu sebelum meminta konfirmasi tentang naskah Anda dari mereka.

  5. Siapkan pengganti.
    Sejalan dengan usaha Anda untuk membekali diri dengan hal yang dibutuhkan untuk berganti karier, mulailah untuk berburu pengganti yang potensial. Ini memang sesungguhnya tanggung jawab HRD, namun sebisa mungkin Anda juga turut ambil bagian dalam memilih. Jangan tinggalkan tim Anda tanpa pemimpin yang kompeten. Terlebih lagi jika Anda memimpin tim yang selama ini menganggap Anda sebagai role model yang mengayomi. Minimize rasa kehilangan dan muluskan masa transisi mereka dengan pemimpin baru yang Anda yakini kompeten dan berkualitas. Jangan putuskan hubungan dengan mereka dan ingatlah bahwa bisa saja dimasa depan mereka memegang peranan penting dalam karier baru Anda nanti.

  6. Remember!
    Anda mungkin tidak bahagia di tempat kerja Anda sekarang, tetapi belum tentu juga Anda akan merasa bahagia di tempat kerja Anda yang baru. Do your best!


Jobs , Career

Bookmark and Share

6/11/2010

Bisakah Anda menjadi seorang workaholic yang sehat?

Menjadi seorang workaholic sangat melelahkan baik fisik maupun mental. Selalu bekerja dan bekerja membuat tubuh dan mental selalu aktif walaupun tanpa disadari Anda membutuhkan istirahat. Stress, depresi, tekanan darah yang seringkali melonjak adalah beberapa efek buruk pada kesehatan yang akan dirasakan seorang workaholic.

Selain itu kehidupan sosial yang parah, keluarga yang terabaikan adalah dampak dari kebiasaan gila kerja. Sebuah penelitian bahkan membuktikan bahwa pasangan yang workaholic memiliki kemungkinan untuk bercerai lebih besar dari mereka yang bisa menyeimbangkan kehidupan mereka.

Jika Anda adalah workaholic namun tetap ingin menjalani hidup yang sehat dan seimbang, berikut ini adalah tips-tips-nya:


1. Ubah prioritas hidup


Yakinkan diri Anda bahwa ada yang lebih penting selain pekerjaan, salah satunya kesehatan Anda, keluarga dan teman-teman. Apakah Anda rela melewatkan peristiwa-peristiwa penting dalam keluarga Anda hanya demi sebuah pekerjaan? Apakah Anda tahu dampak buruk bagi kesehatan karena kebiasaan workaholic Anda? Apakah Anda bisa menikmati hasil kerja dengan maksimal jika nantinya Anda menderita sakit berat akibat stress? Pertanyaan - pertanyaan tersebut diharapkan bisa membuat Anda lebih bijak menyusun prioritas.


2. Benahi manajemen kerja Anda.


Setiap karyawan telah memiliki job desc-nya masing-masing. Kerjakanlah apa yang menjadi tugas Anda saja, tidak perlu sungkan untuk menolak pekerjaan tambahan lain jika Anda merasa tidak sanggup atau dirasa menganggu pekerjaan pokok Anda. Atur semuanya berdasarkan skala prioritas supaya Anda lebih fokus dalam mengerjakannya. Benahi juga jam kerja Anda. Workaholic selalu merasa 24 jam dalam sehari tidaklah cukup untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Tubuh juga perlu beristirahat, gunakanlah hari libur Sabtu atau Minggu untuk benar-benar lepas dari pekerjaan. Tekankan pada diri sendiri bahwa Anda tidak akan bekerja untuk hari itu. Jauhkan diri Anda dari komputer atau alat kerja Anda yang lain.


3. Asupan gizi yang seimbang dan menyehatkan


Berpikir dan bekerja membutuhkan energi yang besar. Imbangi tenaga yang dikeluarkan dengan asupan makanan yang cukup dengan kebutuhan tubuh Anda dan seimbang. Hindari fast food walaupun ini adalah pilihan termudah bagi para workaholic. Perbanyaklah minum air putih untuk mencegah dehidrasi. Kopi atau minuman berkafein lainnya memang dapat mempertahankan konsentrasi dan menjaga stamina, terutama saat lembur, namun ingatlah bahwa kafein yang berlebihan dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah, perasaan cemas, gelisah.


4. Olahraga ringan dan cukup tidur.


Sekedar stretching ringan seperti menggerakkan kepala atau merenggangkan otot dapat membantu tubuh menjadi rileks. Belilah alat-alat olahraga yang dapat digunakan sembari bekerja yang banyak dijual di pasaran. Kemudian luangkan waktu untuk tidur. Penelitian menyebutkan bahwa tidur siang selama 20-30 menit dapat menjaga Anda tetap terjaga pada malam hari dan mengembalikan energi.

Ada suatu ungkapan bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Pun demikian dengan bekerja. Anda harus tahu batasannya karena tubuh Anda memiliki biology time-nya sendiri. Menjaga diri tetap sehat sekalipun Anda seorang workaholic sangatlah penting karena kesehatan itu mahal harganya. Kerja keras Anda akan menjadi sia-sia jika akhirnya Anda sendiri tidak dapat menikmatinya karena sakit akibat overworked. Ingatlah bahwa work hard is good, but work smart is better. So be smart with your work.


Job Vacancy , Career , Indonesia Job

Bookmark and Share

6/07/2010

How to be a Good Public Relations Officer

Among so many events that happened in Indonesia last year, this event can be regarded as one of the most shocking to the world of public relations. A public relations officer of an elite shopping mall in Jakarta gave a controversial statement about the incidence of suicide by a man in his Job place. Instead of empathizing and cast a reassuring sentence, instead she clearly deplores this incident and blames the players who chose the location of the mall to run the action.


The statement becomes controversial and. Most people assume that sarcastic tone of the comments is inappropriate posted by a public relations that in fact represent the corporate image which involved in the incident. The result, people began to question the competence of the PR being assessed careless in dealing with the crisis of his company. Maturity of thought, precision processing of words and how good communications are not seem to be practiced by the public relations officer when dealing with the media.


Public relations, though often equated with “humas”, but have differences in the jobs description. Duties of a PR is much broader than just dealing with clients or the media. According to Edward L. Berneys in his book, Public Relations, a PR has three functions, namely: as a conduit of information to the public, persuasively be modifiers public attitudes and behavior towards the institution / company for the benefit of both parties, and as an integrator between attitudes and actions of institutions with an attitude public and vice versa. The bottom line is responsible for maintaining a public relations and maintaining good relations with the public so as to create a positive image about the company.


To achieve all these goals, public relations must have communication. There are five elements in the communication process that must be mastered: source / communicator (the person who becomes a source, it can the competent authority / himself): message (message to be conveyed); channel (media / means of delivery of messages), the target audience (the recipient group message); and effect (impact happens to communicants after receiving the message).


In the case above, the public relations officer apparently did not think the target audience (the victim's family and community) and the effect of his statement to the public.
Mistakes made by a public relations catastrophe could be fruitful for the company image. A statement by the PR firms is supposed to represent the attitude towards a condition of things. Therefore, delivery must also be appropriate to prioritize the aspects of mutual understanding between both parties.


Before the judging and labeling a PR with bad or good, it's good to know what it takes to be a good PR as excerpted from a resume that was written by Daniel Buana as following:


1. The ability to communicate.
And this is not limited to verbal communication but also visual and even writing. A PR must be fluent in communicating in different types of media, such as presentations, interviews, dialogues, create news / articles / press releases, and so on. Aim to function as information or communicator. He must know how to treat the media in accordance with the characteristics, target audience, and effects that will generate the communicants (receiver of the message).


2. Managerial capacity / leadership.
It is important to translate the vision and mission of top management. He must know the ins and outs of the company, understand the behavior and attention to customers, employees and other groups with an interest in his duties as a liaison. PR is often faced with a crisis situation that requires rapid and appropriate response. Necessary of maturity to think and to act fast to be able to handle the situation in a calm and elegant. Soul of leadership is also needed for coordination between the parties concerned.

3. Ability of mingle and build relationships.
Flexibility in dealing with various types of personality and ability to interact with people from various levels, Included also use networking to get the required information like a detective. Mix versatility is also important to build a positive opinion on the company so as to create a trusting relationship. It needed people with extrovert personality type to be able to carry out this task.


4. An honest and credible personality.
A PR should be someone who can be trusted. What he said should be based on facts, not just a sweetener in order to increase the popularity of his company. The information provided must be accurate and quite important to know the community. In addition, in performing his duties he must comply with the ethics and upholding morality. Although his job is to maintain a positive image of the company remain in the public eye, but does not necessarily make a PR feel entitled to impose other parties that opposed him. PR should make a statement that a neutral, objective, sympathetic, and attention to human values.

5. Creative and rich ideas.
Having extensive knowledge with the ability to think creatively and critically is needed primarily to deal with various issues that require resolution alternatives. Public relations opportunities should also be good at reading and see the gap where he could improve the company's excellence in public. The ability to create new strategies to expand the relationship between companies and the public becomes an important criterion to be held by public relations


Job Vacancy , Indonesia Job , Career , Job Indonesia